Sebuah goresan pena di kenangan dunia maya yang penuh dengan sinyal gelombang elektromagnetik.
Aku pernah bertanya pada rumput teki, entah sebab apa dia diam seribu bahasa. Aku pun bertanya pada penciptanya, aku kini yang diam seribu bahasa.
Nanda - penuh canda dan tawa pada dunia yang fana ini. Mahasiswi #Bahasa. Apa loh! :P

Beliebte Beiträge

Rabu, 01 Desember 2021

Esai Pejuang Muda: Badai pasti berlalu, lantas masih adakah yang tersisa?

Tulisan ini kubuat sebagai persyaratan program Pejuang Muda Kemensos 2021. Alhamdulillah lolos dan kini menjadi bagian dari Pejuang Muda Tangerang Selatan.

Semenjak pemerintah mengumumkan kejadian luar biasa wabah pandemi COVID-19 pada tanggal 14 Maret 2020, masyarakat Indonesia pada umumnya berada dalam situasi simalakama, memaksa mereka menimbang antara dua pilihan utama yakni ekonomi dan kesehatan, dimana keduanya adalah hal yang krusial dan menjadi objek penting sebagai hal dasar berkehidupan. Ini menjadi pikiran sehari-hari penduduk desa pada khususnya, yang gajinya masih terdefinisi sebagai “esok makan apa?“. Hal ini menjadi wajar dan lumrah dikarenakan pekerjaan yang tidak menentu seperti tenaga lepas atau buruh harian lepas (employment uncertainty). Data dari BPS menyatakan bahwa hingga Maret 2021, menegaskan bahwa ada sekitar 27,54 juga penduduk miskin di Indonesia atau hampir 10% penduduk Indonesia. Angka ini naik dari tahun sebelumnya sebesar 1,12 juta orang..

Dekade ini, gaung dari social entrepreneurship (SE) menggema di kalangan generasi milenial. Sebuah opsi yang menempatkan profit dan benefit pada porsi yang seimbang. Secara harafiah, SE didefinisikan sebagai aktivitas kewirausahaan yang dilakukan tidak hanya untuk mengejar profit atau keuntungan tetapi juga mampu memberikan jalan keluar atas permasalahan sosial dengan mengedepankan azas benefit atau kebermanfaatan pada jangka tertentu yang bertumpu pada empat pilar yakni sosialitas, inovasi, market orientation dan hibriditas, dimana hibriditas menekankan kepada diversifikasi dan intensifikasi usaha-usaha dan pelaku usahanya. Pada tatanan ini, kemampuan untuk melihat dan mencerna masalah sosial dan menemukan solusi adalah sebuah upaya bersama untuk menyejahterakan orang-perorang. Sebagai hasilnya, kemakmuran dan kualitas hidup dapat diubah hingga mampu mempengaruhi tatanan struktur sosial pada bidang pendidikan, kesejahteraan dan perekonomian.

Hadiah nobel pada tahun 2006 yang dicetuskan oleh Muhammad Yunus dan Grameen Bank dari Bangladesh menegaskan bahwa profit dan benefit mampu bersanding dengan baik. Grameen Bank dengan konsep pemberian pinjaman skala kecilnya, mampu memberikan andil besar pada para pengusaha miskin yang tidak memiliki kemampuan meminjam dari bank umum untuk melanjutkan bisnisnya. Sumbangsih ini mampu mendobrak perekonomian Bangladesh, karena kegiatan ini justru tertuju pada sesuatu “menyapu di tempat kotor“, menemukan solusi langsung kepada pusaran kemiskinan sehingga pengaruhnya sangat besar. Dalam satu wawancara, beliau mengatakan hal yang sangat emosional yaitu: Apa hebatnya teori ekonomi yang saya ajarkan di bangku kuliah, sedang di seberang kampus tempat saya mengajar seseorang sedang bergelut dengan kepiluan perut kosong yang genderangnya begitu nyaring!.

Dalam kaitannya dengan dua paragraf pertama diatas dengan contoh pada paragraf ketiga yang diakui dunia, secara khusus, pertanyaannya adalah dapatkah generasi milenial mampu bersama-sama dengan pemerintah ikut bersumbangsih dalam menyejahterakan rakyat? Untuk menjawab soalan tersebut, mari kita sedikit urai apa saja yang telah senior-senior kita lakukan dalam bidang kewirausahaan sosial ini. Sebut saja Asuransi Kesehatan Sampah yang dipelopori oleh Dokter Gamal Albinsaid kemudian Kripik Maicih oleh Reza Nurhilman, kerja-kerja sosial seperti ini mampu menghidupkan ekonomi keluarga kecil dimana profit dan benefit saling bersalaman. Dukungan pemerintah dan SDA yang ada, sudah selayaknya mampu menjadi ramuan yang dapat tersaji dengan baik apabila inovasi dan kreativitas diberikan ruang seluas-luasnya. Pemanfaatan bisnis emping melinjo, singkong pedas, asuransi kerja, jasa-jasa dan lain sebagainya adalah salah satu usaha diversifikasi dalam penyejahteraan masyarakat, khususnya kategori miskin.

Satu lidi tak mampu membersihkan kotoran di lantai, namun kumpulan lidi mampu menghilangkan semua debu tebal pekat yang ada. Dengan semangat kerjasama, generasi milenial mampu menjelma menjadi garudapreneruship yang mampu bersama-sama pemerintah, instansi, organisasi atau perusahan terkait dan masyarakat mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani yang sejahtera. Tentunya, payung hukum, penegakan hukum dan kedisiplinan dari semua pihak perlu diperkuat agar semua hal yang diharapkan tercapai.

Semoga, prinsip Markovnikov pada pelajaran kimia organik, dimana “yang kaya semakin kaya“ tidak terjadi pada tataran kehidupan kita apalagi pasca hantaman keras pandemi Covid-19 ini.

 

Sumber bacaan

 

1.        Djalante, R., et al., Review and analysis of current responses to COVID-19 in Indonesia: Period of January to March 2020. Progress in Disaster Science, 2020. 6: p. 100091.

2.        Roziqin, A., S.Y.F. Mas’udi, and I.T. Sihidi, An analysis of Indonesian government policies against COVID-19. Public Administration and Policy, 2021. 24(1): p. 92-107.

3.        DeGhetto, K., Z.A. Russell, and G.R. Ferris, Organizational Change, Uncertainty, and Employee Stress: Sensemaking Interpretations of Work Environments and the Experience of Politics and Stress, in Power, Politics, and Political Skill in Job Stress. 2017, Emerald Publishing Limited. p. 105-135.

4.        Ruffolo, M., et al., Employment Uncertainty and Mental Health During the COVID-19 Pandemic Initial Social Distancing Implementation: a Cross-national Study. Global Social Welfare, 2021. 8(2): p. 141-150.

5.        Suryahadi, A., R. Al Izzati, and D. Suryadarma, Estimating the Impact of Covid-19 on Poverty in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 2020. 56(2): p. 175-192.

6.        Sudartianto, et al., A Fixed Effect Panel Spatial Error Model in Identifying Factors of Poverty in West Java Province. Journal of Physics: Conference Series, 2021. 1776(1): p. 012062.

7.        Tarigan, M., Rujiman, and A. Tanjung, Analysis on the Influence of Investment, Labor and Economic Growth on Poverty in Indonesia. 2021.

8.        Dionisio, M., A New Model of Market Hybridization in the social innovation process. 2020. 1: p. 36-42.

9.        McIntyre, M.E., Microcredit tackles both poverty and birthrate. Nature, 2002. 418(6898): p. 583-583.

10.      Muntafi, A.Z., FINANCIAL INCLUSION SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI SISTEM GRAMEEN BANK. 2019, 2019: p. 13.

11.      Dimyati, PENGENTASAN KEMISKINAN MODEL MUHAMMAD YUNUS. Irtifaq : Jurnal Ilmu-Ilmu Syari'ah, 1970. 1(2).

12.      Sriyanto, S. and W. Wiwin, MODEL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO POLA GRAMEEN BANK UNTUK PENGUATAN KLASTER (di Kab. Brebes dan Kota Surakarta). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, 2013. 11(1).

13.      Kickul, J., et al., Social Business Education: An Interview With Nobel Laureate Muhammad Yunus. Academy of Management Learning & Education, 2012. 11(3): p. 453-462.

14.      Yunus, M., Microcredit, Information Technology, and Poverty: the Experience of Grameen Bank. The Brown Journal of World Affairs, 2002. 8(2): p. 233-240.

15.      Apriyanti, E., Analysis on the implementation of a health improvement project (Garbage Clinical Insurance) in Indonesia: a literature review. Enferm Clin, 2018. 28 Suppl 1: p. 250-255.

16.      Indriartiningtias, R., Subagyo, and B. Hartono, Creativity of small firms in creative industry: Initial evidence from Indonesia. International Journal of Engineering Business Management, 2019. 11: p. 1847979019849135.

 



0

0 comments:

Posting Komentar

Kursus Bahasa Jerman