Hidup sudah Allah yang mengatur, manusia hanya berusaha dengan giat lalu selebihnya adalah tawakkal.
Di postingan pertamaku, aku ingin memperkenalkan diri at glance. Nanda adalah panggilanku sejak lahir. Menjalani Sekolah Dasar hingga tamat Madrasah Aliyah kuselesaikan di Kota Tangerang Selatan, tempatku dilahirkan. Tahun lalu, sebenarnya aku sudah dinyatakan tamat dari MA ku, namun karena ketiadaan biaya, aku mencoba untuk sekadar bertarung diri dengan kejamnya dunia dengan mencari pengalaman baru. Apapun itu, halal adalah koridorku yang kupegang dan tak akan pernah kulepaskan.
Aku sempat bekerja sebagai pembuat kue di tempat usaha guru MA-ku disaat temanku sudah mendapatkan namanya di bangku perkuliahan. Batinku sedikit tersayat, namun semua kulambungkan hanya pada-Nya. Aku terus berusaha dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan passionku.
Abangku, orang yang telah berjasa buatku yang telah menuntunku hingga kini. Awal mula kuberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku untuk kuliah di tahun keduaku setelah tamat sekolah MA meski aku pun tak tahu entah gayung bersambut atau tidak dengan sikon orang tuaku namun aku terus mencari cara untuk keluar dari penatnya kehidupan. Yaa, aku memang sangat menikmati pekerjaanku sebagai pembuat kue tapi keinginan terbesarku adalah menjadi mahasiswi. Kedepannya menjadi pemasok kue tradisional atau lainnya adalah soal lain, saat ini kufokuskan diriku untuk menggapai gelar sarjana, imbuhku.
4-6 bulan yang lalu, abangku terus kuteror di WhatsApp dengan pertanyaan-pertanyaan kehidupan. Sementara itu, abangku yang kini bermukim di Barcelona, Spanyol karena sedang menempuh S3-nya merelakan ketidakpulangannya bertahun-tahun untuk menabung. Entahlah, barangkali yang ada dipikirannya adalah bagaimana agar keluargaku keluar dari botol kemiskinan, tutup botol yang dulu rapat sedikit demi sedikit longgar.
Lompat ke cerita, aku mengutarakan untuk kuliah. Abangku menyarankanku untuk masuk ke jurusan Farmasi, Keperawatan atau Bahasa. Pilihanku jatuh pada opsi terakhir, Bahasa. Aku tidak suka bermain dengan darah.
Abang menyarankan untuk mengambil Bahasa Jerman atau Prancis agar aku mempunyai sesuatu yang berbeda yang bisa kujual di masa depan di tengah persaingan yang ketat. Aku manut meski aku belum punya basic bahasa jerman. Abangku meyakinkanku bahwa Belakang parang pun kalau diasah tajam juga.
Tangsel - Bandung
Aku pernah sih ke Bandung dan itu ke ITB tapi kan 1 hari saja tidak 4 tahun. Jarak yang cukup jauh, pernah membuatku ciut namun aku bercemin pada abangku yang sudah 15 tahun keluar rumah, merantau karena sejak dia SMA dia sudah di Cikarang, Bekasi hingga kini.
Berdasar pilihan-pilihan yang diberikan abang, pilihan itu kuputuskan ke sekolah bahasa asing di Bandung. Pada last minutes pendaftaran mahasiswa baru 2019 aku mendaftar dan segalanya terbayar dengan informasi bahwa aku dinyatakan lulus tanpa tes tertulis dan ketika mendatangi kampus itu, aku diberikan secarik surat yang berisi:
Aku sempat bekerja sebagai pembuat kue di tempat usaha guru MA-ku disaat temanku sudah mendapatkan namanya di bangku perkuliahan. Batinku sedikit tersayat, namun semua kulambungkan hanya pada-Nya. Aku terus berusaha dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan passionku.
Abangku, orang yang telah berjasa buatku yang telah menuntunku hingga kini. Awal mula kuberanikan diri untuk mengutarakan keinginanku untuk kuliah di tahun keduaku setelah tamat sekolah MA meski aku pun tak tahu entah gayung bersambut atau tidak dengan sikon orang tuaku namun aku terus mencari cara untuk keluar dari penatnya kehidupan. Yaa, aku memang sangat menikmati pekerjaanku sebagai pembuat kue tapi keinginan terbesarku adalah menjadi mahasiswi. Kedepannya menjadi pemasok kue tradisional atau lainnya adalah soal lain, saat ini kufokuskan diriku untuk menggapai gelar sarjana, imbuhku.
4-6 bulan yang lalu, abangku terus kuteror di WhatsApp dengan pertanyaan-pertanyaan kehidupan. Sementara itu, abangku yang kini bermukim di Barcelona, Spanyol karena sedang menempuh S3-nya merelakan ketidakpulangannya bertahun-tahun untuk menabung. Entahlah, barangkali yang ada dipikirannya adalah bagaimana agar keluargaku keluar dari botol kemiskinan, tutup botol yang dulu rapat sedikit demi sedikit longgar.
Lompat ke cerita, aku mengutarakan untuk kuliah. Abangku menyarankanku untuk masuk ke jurusan Farmasi, Keperawatan atau Bahasa. Pilihanku jatuh pada opsi terakhir, Bahasa. Aku tidak suka bermain dengan darah.
Abang menyarankan untuk mengambil Bahasa Jerman atau Prancis agar aku mempunyai sesuatu yang berbeda yang bisa kujual di masa depan di tengah persaingan yang ketat. Aku manut meski aku belum punya basic bahasa jerman. Abangku meyakinkanku bahwa Belakang parang pun kalau diasah tajam juga.
Tangsel - Bandung
Aku pernah sih ke Bandung dan itu ke ITB tapi kan 1 hari saja tidak 4 tahun. Jarak yang cukup jauh, pernah membuatku ciut namun aku bercemin pada abangku yang sudah 15 tahun keluar rumah, merantau karena sejak dia SMA dia sudah di Cikarang, Bekasi hingga kini.
Berdasar pilihan-pilihan yang diberikan abang, pilihan itu kuputuskan ke sekolah bahasa asing di Bandung. Pada last minutes pendaftaran mahasiswa baru 2019 aku mendaftar dan segalanya terbayar dengan informasi bahwa aku dinyatakan lulus tanpa tes tertulis dan ketika mendatangi kampus itu, aku diberikan secarik surat yang berisi:
Saat ini aku tercatat sebagai mahasiswi S1 Prodi Bahasa Jerman :O di STBA YAPARI ABA, BANDUNG. Bismillah semoga kuliahku lancar jaya.
Aku yang akan berjuang di kawah candradimuka meminta bantuan-Mu ya Allah agar dilancarkan segalanya dan kuharap kerikil tajam yang ada dijalan dapat kuubah menjadi permata indah di perjalanan hidupku hingga tutup botol kemiskinan itu lepas.
Aku @3anandatria mahasiswi Bahasa Jerman siap bertarung di kehidupan nanti.
Aku yang akan berjuang di kawah candradimuka meminta bantuan-Mu ya Allah agar dilancarkan segalanya dan kuharap kerikil tajam yang ada dijalan dapat kuubah menjadi permata indah di perjalanan hidupku hingga tutup botol kemiskinan itu lepas.
Aku @3anandatria mahasiswi Bahasa Jerman siap bertarung di kehidupan nanti.
0 comments:
Posting Komentar